Sekelumit Tentang Suku Mandar dan Keunikan Budaya Mandar
Mandar adalah sebuah suku yang terletak di Sulawesi Barat. Di Provinsi ini rata-rata penduduk kurang lebih 99% bersuku Mandar. Kalah itu Suku Mandar tergabung dalam empat etnis, sebelum memisahkan diri dari Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar. Waktu terus berlalu seiring berkembangnya zaman Sulawesi Barat memisahkan diri menjadi provinsi baru tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Perahu Sandek
Mayoritas mata pencarian suku Mandar adalah nelayan, maka dari itu suku Mandar mendapat dikenal didunia Internasional dan Nasional terkait dengan perahunya yang tergolong peru bercadik yang paling cepat di nusantara yang tak mempunyai mesin. Selain mata pencariannya nelayan masyarakat Mandar juga berferofesi sebagai petani, pandai besi, pedagang dan lain sebagainya.
Perahu Mandar di kenal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan kata Perahu Sandek yang berarti runcing. Perahu sandek adalah transportasi masyarakat Mandar antara pulau, perahu ini mampu mengangkut kurang lebih dari 2 ton dan perahu sandek ini juga mampu berlayar dengan melawan arah angin dengan teknik zig-zag.
2. Kuliner Mandar
Selain dari perahu Mandar dari segi kuliner juga terkenal, salah
satunya adalah Jepa dan Bau Peapi. Jepa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah makanan yang terbuat dari singkong, sedang Bau Peapi sendiri adalah ikan yang dimasak memakai panci
dari tanah, Bau Peapi sendiri muda di dapatkan di daerah Mandar dan terkait
dengan pembuatannya harus rempah-rempah dari mandar agar khasnya dapat demikian
juga dengan baunya yang sangat harum.
3. Sutra Mandar
Selanjutnya pakaian Mandar juga di kenal luas dengan istilah Lipa Saqbe
yang di kenal dalam Bahasa Indonesia Sarung tenun. Lipa Saqbe ini banyak di
temui di daerah Mandar khususnya di Kabupaten Polewali Mandar. Proses
pembuatannya Sendiri memerlukan jangka waktu hingga dua hingga tiga bulan
lamanya dengan menggunakan alat tenun tradisional.
4. Sayang Pattudu'
Salasatun tradisi dari suku Mandar yang sangat masih kental sampai
saat ini adalah Sayyang Pattudu’ atau dalam konteks bahasa Indonesia di kenal
dengan kata Kuda Menari. Tradisi ini selalu di adakan setiap tahun dimanah di
adakan berlangsung selama kurang lebih satu bulan yaitu dimulai pada tanggal 12
di bulan Rabiul Awal sampai akhir bulan. Tradisi tersebut tidak di adakan
secara serentak tapi di adakan di masing-masing perkampungan sesuai kesepakatan
masing-masing.
Tradisi ini termasuk syiar Agama Islam dimanah seseorang yang bisa Naik
Kuda adalah seseorang yang telah menamatkan satu buah Al-Qur’an sambil di iring
dengan Kalidaqdaq atau bisa di sebut dengan Puisi dilantunkan dalam Bahasa
Mandar dan di iring juga dengan rebana sambil membacakan Shalawat Nabi. Tradisi
ini salah satunya bentuk motivasi masyarakat Mandar untuk mempelajari Al-Qur’an
sebagai Kitab Suci.
Penutup dan Kesimpulan
Sekelumit tentang Mandar yang penulis ungkapkan sebelumnya
menginformasikan yang masih minim tapi semua ini yang telah di jelaskan penulis
tidak lepas dari pengalaman hidup di Mandar. Tradisi, mata pencarian, kuliner
dan keunikan - keunikan suku Mandar lainnya akan di jelaskan di setiap artikel
selanjutnya.
Wallahu A'lam Bishawab
Penulis Yuzhril
Posting Komentar